Matahari
bersinar dengan begitu terangnya. Aku dan kekasihku, Chika, tengah
berjalan-jalan. Chika memintaku mengantarnya berbelanja ke sebuah tempat
pembelanjaan. Aku mengantarnya dengan motorku. Sepanjang perjalanan Chika terus
mengeluh kepanasan. Sebenarnya dia memintaku mengantarnya nanti sore. Tapi jika
sore, aku tak dapat mengantarnya. Karena itu aku menawarkannya siang ini saja.
Dan Chika menyetujuinya.
Kupingku terasa panas. Bukan karena
panasnya matahari yang membuat kupingku turut panas. Tapi karena keluhannya yang
tak juga berhenti. Ia mengeluh dan terus menyalahkanku. Dia juga mengeluhkan
kulitnya yang merah terbakar matahari.
Sesampainya di tempat pembelanjaan.
Chika membeli sandal, tas dan baju-baju yang mahal. Dan ternyata sesampainya di
kasir dia memintaku membayar semuanya.
“Sayang, kamu kan baru gajian
kemarin, jadi kamu yang bayarin semuanya yah,” pintanya padaku.
Total belanjaannya menghabiskan setengah
dari gajiku. Satelah itu kami pun pulang.
Tiba-tiba gerimis turun. Padahal
tadi cuacanya begitu cerah. Kembali Chika mengeluh karena terkena air gerimis. Chika
memintaku untuk berhenti dan menunggu gerimis reda. Tapi aku menolaknya lembut.
“Sekarang sudah sore, aku buru-buru
harus ke tempat kerja. Kita lanjut saja ya, toh hanya gerimis ini,” jawabku
hati-hati, takut membuatnya marah. Tak ada jas hujan sweeter pun jadi.
Kuberikan sweeter yang tadinya kupakai pada Chika. Aku tak keberatan jika harus
terkena air gerimis. Tapi Chika masih tetap mengeluh, dia bahkan menudingku
lebih menyayangi pekerjaan dibandingkannya.
Esoknya. Tak ada sms dari Chika. Apa
dia marah? Aku bermaksud untuk pergi ke
rumahnya untu meminta maaf. Telah kusiapkan kado permintaan maaf untuknya. Tapi
sebelum kunyalakan motorku, Beni datang memberitahukanku kalau dia tadi melihat
Chika jalan dengan seorang pria yang membawa mobil.
“Tuh kan apa aku bilang, sebelum
kamu jadian ama Chika, aku udah kasih tahu kalau Chika itu tipe cewek matre,”
ujar Beni.
Aku tahu kalau Chika memang senang
dengan uang karena ia senang berbelanja. Tapi aku tak percaya kalau ia
selingkuh. Aku urungkan niatku untuk pergi kerumah Chika sekarang.
Malamnya baru kuputuskan untuk
menghampiri Chika. Memastikan kalau Chika tak pernah selingkuh. Chika sedikit
terkejut melihat kedatanganku yang terkesan mendadak tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu.
Sebelum aku bertanya apapun pada
Chika, Chika lebih dulu berkata.
“Sayang aku pengen kita putus,” dengan
gampangnya Chika melayangkan kata putus.
“Yah, sayang.. padahal aku sudah
beli mobil buat kamu. Biar kalau kamu jalan sama aku nggak kepanasan atau
kegerimisan lagi,” jawabku penuh kecewa. Mata Chika terbelalak, senyumnya
mengembang.
“Beneran sayang? Sayang, maaf ya
tadi itu aku cuma bercanda bilang putusnya,” ujar Chika sambil menyentuh lembut
pipiku.
“Iya gak apa-apa. Maaf juga sayang
tadi aku juga bercanda bilang beli mobilnya,” jawabku.
Terlihat Chika begitu marah
mendengarnya. Kini aku telah benar-benar putus dengan Chika.
**TAMAT**
Penulis : Faridah Fauziah
Jumlah : 425 kata (termasuk judul)
FF ini sedang diikutsertakan Lomba FF MINGGUAN PUSTAKA INSPIRASI-KU.
Link lomba: